Asal Usul Suku
Sasak
Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran
penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal
dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan
permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak
yang artinya sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari
daerah bagian barat Lomboq (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah
pelabuhan di ujung timur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok. Mereka
banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak keturunan yang menjadi
raja sebuah kerajaan yang didirikan yang bernama Kerajaan Lombok yang berpusat di
Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak, sebagai tanda kisah perjalanan dari
Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka menamai keturunannya menjadi suku
Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi Sasak.
Rumah Adat
Sebagai penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai
sistem budaya sebagaimanatertulis dalam kitab Nagara Kartha Garna karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab tersebut,
suku Sasak disebut Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi. Jika saat kitab tersebutdikarang
suku Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan, maka kemampuannya untuk
tetap eksis sampai saat ini merupakan salah satu bukti bahwa suku ini mampu menjaga
dan melestarikan tradisinya. Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan suku
Sasakadalah bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah adat dibangun berdasarkan
nilai estetika dan local wisdom masyarakat, seperti
halnya rumah tradisional suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak
mengenal beberapa jenis bangunan sebagai tempat tinggal dan juga tempat penyelanggaraan ritual adat dan
ritual keagamaan.
Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan
berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang
dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami.Seluruh bahan bangunan (seperti
kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat tersebut di dapatkan dari lingkungan
sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat
dari bambu. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran
sempit dan rendah dan tidak memiliki jendela. Orang Sasak juga selektif dalam
menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang
tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya.
Misalnya, mereka
tidak akan membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan
sampah, bekas sumur dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug. Selain itu, orang
Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda
dengan rumah yang lebih dahulu ada.
Menurut mereka, hal tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).
Rumah adat suku
Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan
jarak 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus)
terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman
bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya.
Ruangannya dibagi menjadi ruang induk meliputi bale luar ruang tidur dan bale
dalem berupa tempat menyimpan
harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum
dimakamkan. Ruangan bale dalem juga
dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tanggan
lainnya) tersebut dari bambu ukuran 2 x 2
meter persegi. Kemudian ada sesangkok (ruang
tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong
(geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga
(tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah kotoran
kerbau/kuda, getah dan abu jerami.
Bangunan rumah
dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah Bale
Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah,
dan Bele Taj uk. Dan nama
bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsidari masing-masing tempat.
1. Bale Tani adalah bangunan
rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani.
2. Bale Jajar Merupakan bangunan rumah
tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk Bale Jajar hampir sama dengan Bale Tani, yang membedakan
adalah jumlah dalem balenya.
3. Berugaq / Sekepat Berfungsi sebagai tempat
menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh
masuk rumah. Berugaq / sekupat juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis
untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar).
4. Sekenam
Digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman
nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
5. Bale bonter Dipergunakan
sebagai ternopat pesangkepan / persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum
adat dan sebagainya. Umumnya
0 comments:
Post a Comment